Malam Pertama Pernikahan Pasangan Muda | Nikah Paksa (Part 2)


Setelah sah dinikahi oleh Aryan, Caca langsung dibawa ke rumah orang tuanya Aryan. Meski masih sekolah, mereka tetap harus tinggal bersama.

Caca membuka pintu sebuah kamar yang katanya dihuni oleh Aryan, suaminya. Ia berjalan memasuki ruangan itu dan melihat ke sekeliling. 

Sebuah kamar yang bernuansa kosong menurutnya. Dinding tembok yang berwarna biru laut, tampak begitu polos dan bersih tanpa ada hiasan gambar atau lukisan apapun. Hanya ada jam dinding yang terpasang tepat menghadap ke arah tempat tidur. Dan di samping lemari pakaian, ada sebuah kaca besar berbentuk kotak yang tertempel di tembok.

"Untuk apa kaca sebesar itu?" batin Caca.

Ah, Caca nggak peduli dengan semua itu. Ia langsung menghempaskan tubuhnya ke kasur yang empuk dan nyaman. Rasa lelah dan mengantuk sudah menghampiri. Dengan masih mengenakan baju pengantinnya, Caca mulai memejamkan matanya dan terlelap dalam mimpi indahnya.

Tak lama, pintu kamar mengeluarkan suara. Rupanya, ada yang sedang membukanya. Seorang cowok berjalan masuk setelah menutup kembali pintunya. Siapa lagi kalau bukan si empunya kamar, Aryan.

Mata Aryan langsung tertuju pada sosok gadis yang sedang tidur di atas kasurnya. Perlahan, Aryan mendekati ranjang dan menatap sejenak wajah gadis cantik yang kini telah sah menjadi istrinya. Ada senyuman nakal yang mengembang di bibirnya.

Aryan membuka laci nakas dan mengambil sebuah permen lollipop rasa cokelat. Membuka pembungkusnya, lalu memasukkannya ke dalam mulut.

Hanya beberapa detik, Aryan kembali mengeluarkan permen itu dari mulutnya. Sambil duduk di tepi ranjang, Aryan memasukkan benda berasa manis itu ke dalam mulut Caca. Dan sangat pas momentnya dengan kondisi mulut Caca yang memang sedang melongo. Maklum, saat tidurnya pulas mulut Caca emang suka terbuka nggak jelas.

***

Sesekali, lidah Caca menjulur keluar. Membuat Aryan tertawa terpingkal-pingkal. Tu cowok seperti tidak punya pekerjaan lain. Seenaknya aja ia mengerjai orang yang sedang tidur. Dan parahnya lagi, si Caca sama sekali nggak terbangun dari alam mimpinya meski sedang dikerjain oleh Aryan.

Sungguh konyol.

Karena lelah tertawa, akhirnya Aryan tertidur di samping istrinya.

***

Waktu fajar menyapa.

Bugh.

Aryan meringis merasakan sedikit nyeri di bagian perutnya. Tangannya meraba-raba perutnya, dan mendapati ada sebuah kaki yang mendarat di sana. Spontan, kedua matanya terbuka lebar. Dengan cepat, ia menghempaskan kaki yang ternyata punya Caca.

"Apaan sih ...." Caca mulai terbangun dari alam mimpinya. Dan ....

"Siapa lo??" Caca terkesiap kaget melihat ada sosok cowok yang berbaring di sampingnya.

"Suami lo. Nggak inget??" sahut Aryan dengan masih mengelus perutnya yang nyeri tadi.

Caca menyilangkan kedua tangannya di dada, lalu menginterogasi seluruh badannya. Berharap tidak terjadi sesuatu apapun pada dirinya.

"Tenang aja, aman. Ogah gue nyentuh lo. Kalau bukan karena baktiku pada orang tua, males gue tidur sama lo."

"Gue juga males sama lo," timpal Caca beranjak dari tempat tidur dan bergegas ke kamar mandi. Sebentar kemudian, Caca keluar dari kamar mandi dan bertingkah seperti orang yang sedang bingung.

"Ngapain lo??"

"Baju ganti dan seragam gue lupa dibawa," jawab Caca sambil memegangi kepalanya.

"Udah ada tuh di dalam lemari," ucap Aryan menunjuk ke arah lemari pakaiannya. Dan dengan tatapan tak percaya, Caca segera membuka pintu lemari.

Teng. Teng. Teng ....

Semua pakaian telah tersusun rapi di dalam lemari. Lajur kanan untuk pakaian Aryan, dan lajur kiri untuk pakaian Caca.

"Kapan lo nyuri pakaian gue?" terka Caca.

"Nggak level gue nyuri pakaian cewek kayak lo," elak Aryan sambil berjalan menuju kamar mandi. Dan dengan cepat, Caca menghadangnya di depan pintu kamar mandi.

"Tadi gue duluan yang masuk," kata Caca dengan wajah juteknya.

"Itu tadi, sekarang giliran gue. Minggir!!"

"Enggak. Gue duluan."

"Gue dulu."

"Gue dulu."

Mereka saling beradu mulut memperebutkan sebuah pintu kamar mandi. Dan nggak ada yang mau mengalah. Tiba-tiba ....

Dugh.

Kepala mereka saling bertabrakan. Membuat keduanya meringis menahan sakit. Tangan mereka pun sama-sama mengelus jidat masing-masing.

"Ini semua gara-gara lo," tuduh Caca dengan nada keras.

"Enak aja nyalahin gue.  Lo juga salah," balas Aryan penuh kekesalan.

Mereka terdiam sejenak dan saling menatap satu sama lain. Meski tatapan itu penuh dengan perasaan emosi.

"Gini aja. Kita suit, nanti yang menang masuk duluan," usul Aryan.

"Oke."

***

(Awal kehidupan di dalam pernikahan pasangan muda, memang penuh dengan permainan.)


Penulis : Alhania Sucipto

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel