Cerpen : Kemarahan Yang Tertunda


Di perjalanan pulang kerja, hujan rintik-rintik masih sedikit membasahi bajuku. Sekitar area parkir, air masih menggenangi lantainya, otomatis kakiku jinjing agar air tidak tersentuh dan mengenai kaki.

Aku lekas mencari motor yang kuparkirkan di depan sendiri, karena berangkat lebih awal jadi aku dapat parkir di depan. Alhasil aku menunggu hujan gerimis reda, karena tidak membawa jas hujan.

Sepuluh menit kemudian, hujan gerimis pun  reda. Aku lekas menghidupkan motor Meticku, karena sudah sore jam 16.00 WIB. Diperjalanan, tiba-tiba saja motor Metic yang aku kendarai 'of' alias mati.
"ALAMAK"

Aku lupa mengisi bahan bakar, sepedo meterpun mati, jadi tidak kelihatan petunjuk bensinnya, jika masih full atau kosong.

Hadeuh "SIAL-SIAL!" 

Pom bensin masih jauh lagi, "mana nie penjual bensin eceran, tidak nampak pula. Dorong- dorong lagi!" desisku dalam hati. Aku mendorong Meticku pelan-pelan, berharap menemukan warung bensin eceran.

Ada genangan air, aku melewatinya. Berhati- hati sekali agar celanaku tidak basah, terkena cipratan air. E, tiba- tiba saja ada MOBIL AVANZA HITAM lewat tanpa rem, cepat sekali melesat, otomatis airpun tumpah kemana-mana dan mengenai bajuku yang kering.
"SIAL"

Gerutuku dalam hati. Akupun mengumpat mengomeli pengemudi MOBIL AVANZA HITAM dengan nada kesal dan emosi. 
Awas, kataku sambil membaca plat no Mobil tersebut, yang hampir tidak terbaca karena terlalu cepat melesat.

Beberapa menit kemudian, akupun menemukan penjual bensin eceran. Ah! lega rasanya.

"Bensinnya dua liter ya, Bu?"
"Oya, Mas sebentar" kata Bu tadi.
"Bajunya kenapa Mas, kok basah dan kotor begitu? Perasaan hujan sudah reda," ujar Bu tadi.

"Oug, tadi kena cipratan air," Bu.
Ibu tersebut cuma tersenyum. Aku pun permisi pulang, kulanjutkan perjalanan pulang.

Aku berharap bisa menemukan mobil tadi, desisku dalam hati, sambil menghafal no plat mobil tersebut. 
Beberapa hari kemudian, akupun ketemu pemilik MOBIL AVANSA HITAM  beserta plat no yang sama, di daerah tempat aku nongkrong bersama teman-temanku.

Tanpa berpikir panjang, aku bergegas mengambil ember berisi air bekas cucian piring dan gelas, punya penjaga warung kopi di pinggir jalan.

Aku siramkan ke bagian atas seluruh mobil, dengan cepat. Otomatis si Empunya mobil keluar dan " WOI". 

"Apa-apaan ini?" Bergegas mencegatku dan memegang krah kaus bajuku.
"Apa?," kataku
"Woi, berlagak pilon kamu ya!"

"Kita impas jawabku sambil melepaskan kedua tangan yang memegangi krah kausku!"
"Maksud kamu?"

"Kamu ingat kemaren lewat di genangan air, mobil kamu lewat tanpa rem, dan aku pas posisi di jalan itu, bajuku basah semua.

"Hah, kemaren!" 
"Iya, kemaren sekitar jam setengah lima sore di ujung jalan sana."
"Tapi, aku kemaren tidak pergi kemana-mana?" ujarnya.

"Bohong, Kamu ya!"
"Enak aja, Kamu bilang bohong," sumpah nie lihat mobil dan no platnya sama kayak yang aku tulis.
"Tapi beneran, aku kemaren tidak pergi kemana-mana?"katanya.

"Oug, aku ingat, itu kakak aku cewe, kemaren buru-buru pulang ngambil ticket dan paspor. Dia pergi ke Inggriss, kuliah di sana."

"Bodo amat, yang penting balas dendam aku terlaksana, meski Kamu bukan orangnya, yang penting mobil dan plat sama."

Akupun tersenyum puas, meninggalkan Dia dengan senyum nyengir. Dia pun bergegas masuk mobil dan pergi menahan kekecewaan, dan amarah tanpa pelampiasan.


Penulis : Romi Abdinegara

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel