Aku Minum Bekas Kamu | Kekasih Halal (Part 5)


"Kamu lagi apa di situ?" Hasan yang baru selesai bersih-bersih, mulai panik ketika tak mendapati Zoya di dalam kamar. Setelah dicari, ternyata wanita itu sedang mencari bahan makanan di dapur.

"Aku mau masak, tapi nggak ada bahannya," ucapnya sedih sambil terus menggeledah tiap tempat yang ada.

"Mau masak apa?" tanya Hasan yang sudah memeluk Zoya lagi. Membuat wanita itu mematung kembali. Hasan begitu suka mengejutkan Zoya dengan sikapnya yang tiba-tiba.

Zoya berdeham pelan. Mencoba menghilangkan kegugupannya karena ulah Hasan. "Kamu mau makan apa?" tanya Zoya sambil berpura-pura mencari bahan makanan di dalam laci. Mungkin saja ia bisa menemukan makanan instant atau lainnya.

Hasan menahan senyum. Meletakkan kepala di atas bahu Zoya, memiringkan kepala dan menatap istrinya dari samping. "Aku maunya ... makan kamu saja, boleh, nggak?"

Zoya menghentikan aktifitas mencarinya. Mencoba menerka maksud dari perkataan Hasan. Ia berkedip beberapa kali hingga akhirnya menoleh. Sedikit saja, bibir mereka akan kembali bersentuhan. Namun, Zoya lebih dulu menarik wajahnya sedikit ke belakang. "Kita makan di luar saja, ya. Nggak ada bahan makanan di sini. Aku lapar," usul Zoya, mengalihkan pertanyaan Hasan yang mulai menjurus ke arah intim.

"Nggak perlu keluar, biar aku yang beli. Kamu bersih-bersih dulu, yang cantik dan harum," goda Hasan kembali, membuat Zoya menunduk dan menyembunyikan rasa malunya.

Hasan melepas pelukan, merubah posisi menjadi berdiri di depan Zoya. Menangkup wajah istrinya dan mengecup pucuk kepala Zoya lamat. "Aku pergi dulu, jangan rindu, ya," candanya dan membuat Zoya semakin malu.

***

Hampir satu jam Zoya menunggu kehadiran Hasan. Namun, tak juga datang. Ia melihat gawai yang terus di genggam, menggeser layar dan mulai mencari kontak milik suaminya.

[Kok, lama, nggak ketemu, ya, penjual makanannya?]

Belum juga terkirim, Zoya langsung menghapusnya dan mengganti dengan pesan baru.

[Hasan.]

Belum ada balasan. Villa tempat mereka menginap cukup terpencil, jauh dari keramaian pada umumnya. Abi sengaja memesan Villa itu, supaya Hasan dan Zoya lebih tenang berbulan madu, hanya berdua.

[Iya, Sayang. Sebentar, sudah rindu, ya. Ini lagi di jalan. Aku sekalian belanja, buat isi kulkas.]

Zoya tersenyum geli membaca pesan balasan dari Hasan. Ia bukan rindu, tetapi cemas, takut terjadi yang tak diinginkan.

[Maaf, merepotkan, seharusnya yang belanja itu aku, bukan kamu.] Balas Zoya dan diselipi emot sedih di akhir pesan.

[Apa, sih, yang enggak buat kamu, istriku.]

Zoya tersenyum semakin lebar. Ia beruntung, mendapatkan banyak perhatian dan cinta dari Hasan. Sekarang ia bersyukur, telah menerima perjodohan dari sang papa. Meskipun, ia belum mencintai Hasan, tetapi rasa nyaman itu sudah hadir.

***

Setelah meletakkan bahan makanan pada tempatnya, Zoya dan Hasan kini menikmati makanan mereka.

"Kamu beli cuma satu?" Zoya mengernyit melihat box makanan dengan lebel restoran. hanya satu box sedangkan yang makan dua orang.

"Ini cukup untuk kita berdua, porsinya lebih banyak," jelas Hasan sambil mengaduk nasi goreng seafood agar sedikit dingin. "Buka mulut!" pintanya sambil mengulurkan satu sendok berisi nasi goreng.

"Aku bisa makan sendiri, biar kamu makan sekalian," tolak Zoya merasa tak enak jika Hasan harus menyuapinya.

"Buka mulut, Zoya! Capek ini tanganku," keluh Hasan, karena Zoya masih enggan menerima suapan darinya.

Akhirnya mereka makan bersama, dengan sendok yang sama hingga nasi goreng dalam box itu benar-benar tandas tak tersisa. Hasan membuka botol air mineral yang ia beli. Menyodorkannya kepada Zoya tanpa melepas genggaman di botol itu.

"Aku bisa--"

"Tinggal minum, Zoya," potong Hasan sebelum Zoya melanjutkan aksi protesnya. Hasan tersenyum, mengusap ujung bibir Zoya yang basah usai minum.

Zoya mengernyit sekaligus terkejut. Sisa air mineral tinggal setengah botol dan kini telah dihabiskan oleh Hasan. "Hasan, itu tadi bekasku, bukannya ambil minum yang baru," ucap Zoya setelah Hasan menutup botol kosong itu.

"Kenapa?"

"Ya, kan, itu bekas aku minum. Mungkin saja ...."

Hasan tersenyum. Membereskan bekas makan sambil berkata, "Tadi aku makan juga pakai sendok bekas kamu, 'kan. Jadi apa salahnya kalau aku minum bekas kamu juga. Sama saja, Zoya," tutur Hasan panjang lebar sambil menahan tawa.

Zoya terdiam 'Iya, ya. Tadi kita makan di sendok yang sama, jadi salahnya di mana.'

Yuk, merapat yang mau baca kisah mereka sampai akhir. Bisa hubungi nomor yang tertera atau ke aku juga bisa.



Penulis : Wiwin Indrayani

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel