Aku, Kau Dan Kopi (Puisi)


Apa kabar teman? Sudah lama rasanya jariku absen dari dinding dashboard ini. Tidak tahu apa penyebanya, yang pasti aku si pecinta kopi-pun bisa terjatuh sedalam ini perihal mencintai.

Ada beberapa catatan puisi yang aku catat tak sengaja melalui jari-jariku. Sebuah catatan tak jelas yang berserakan di meja, aku kumpulkan lagi terhitung sebagai dokumentasi saja. Mungkin sebagian dari puisi ini adalah cerminan dalam diri kalian sendiri. Ahh iya, aku sertakan juga beberapa gambar pemanis nya. Haha

***

Selama ini aku hanyalah seorang remaja labil yang selalu iri dengan orang lain. Yang selalu membanding-bandingkan kemampuanku dengan orang lain, dan karena itu akhirnya hatiku patah dan terluka.

Selalu berpikir, apakah jalan yang aku tempuh sudah benar? Karena jalan yang kupilih berbeda. Tak sama dengan hal-hal yang orang lain lakukan.

***

Terima kasih puan, untuk luka dan duka lara yang pernah kau titipan padaku, juga bekas luka yang masih berkeliaran dalam hatiku.

Terima kasih puan, karena pernah singgah sejenak mengisi sepinya hati sebelum akhirnya kau pergi tanpa pamit permisi.

Semoga setelah aku menemukan pengganti puan, aku akan tersadarkan bahwa yang terbaik untukku ternyata hanya telat mengetuk pintu saja.

***

Semoga setelah aku menemukan pengganti puan, bekas luka itu dapat menghilang tanpa meninggalkan jejak.

Akhir kata, nanti aku akan kembali dan membaca lagi pesan ini, lalu teringat bahwa aku pernah jatuh diposisi paling rendah prihal perasaan.

Dari matahari yang mulai meredupkan sinarnya, juga hujan yang masih setia dengan derasnya. Penghujung juni, hati ini masih belum selesai diperbaiki.

***

Diammu seperti Andromeda. Kau sangat misterius amat susah aku pahami, senyummu mampu meluluh lantahkan pusat semestaku.

"Nebula.. apa kau bisa tersenyum seperti sedia kala?"

"Bisa untuk yang lain, tapi tak bisa untukmu"

Kurasa hari ini, esok atau nanti. Saturnus tetap manjadi penjaga labirin hatimu.

Kau cantik sekali malam ini Nebula. Sungguh, aku tak yakin bisa memilikimu seutuhnya.

Bayangkan saja, aku si tandus dan gersang ini hanya mampu membuat cerita. Tapi, tak mempunyai tekad untuk membuat cerita bersama.

Ahh, menyebalkan ternyata jadiku...

***

Jika tuhan itu memang ada, aku memohon padanya agar kau di jatuhkan denganku. Tapi, harus dengan apalagi aku menguji kesetianmu? Hingga senja meleleh kau tak pernah menoleh.

Aku jatuh cinta pada seseorang yang selalu kubuatkan cerita, tapi tak bisa kuajak membuatkan cerita bersama.

Pada setiap lelahmu, aku ingin menjadi seseorang yang paling ingin kau temui.

Sampai kapan aku mengagumimu dari kejauhan dan menjagamu dengan cara mendoakan. Sementara kau disana tidak tahu apa yang semua aku lakukan disini?

***

Jalani cinta sepihak itu menyesakkan ya? pengap rasanya. Ingin keluar untuk udara baru tapi tak bisa buka pintunya. Seakan terkurung dalam perasaan sendiri.

Bergantung pada rumah yang tidak menerimaku dengan baik itu tak mengenakan. Hadirku diperlakukan sebagai seorang pelengkap saja yang
dibutuhkan lalu diasingkan.

Sebenarnya sudah sangat lama aku ingin akhiri semua yang berhubungan tentangnya, tapi semua yang ada dihadapanku adalah prihal tentangnya.

Terkadang aku bingung untuk bersembunyi. Sembunyi di manapun tetap mampu melihat senyum yang menjatuhkan aku dalam dilema berkepanjangan.

Aku tahu aku salah mencintai seseorang. Juga tidak berhak memilikinya. Tapi dia juga perlu tau bahwa aku juga manusia. Dan soal rasa ini bukanlah kuasaku sendiri.

Sekali saja aku ingin teriak untuk keluarkan semua keluh yang sudah peluh.

***

ljinkan aku mengenangmu diantara alunan lagu payung teduh yang kudengarkan malam ini dengan ditemani dekapan sunyi yang terus menetawaiku sedari tadi.

Jam berdenting lebih keras ketika kerinduan hampir mencapai titik puncaknya. Menarilah denganku diantara merdunya kerinduan yang terus bersemayam.

Tubuhku terdiam, dipaksa menikmati kenangan oleh pekatnya sekuntum bunga hitam yang pernah ku sematkan di atas kursi dan meja kaca yang dulu kita singgahi bersama.

Jam tengah malam terlewat. Tubuhku terus menikmati tawa dan aromamu yang mengobrak-abrik alam pikiranku.

Tepat tiga dinihari aku dan sunyi sepakat menggenggam rindu dan bayangmu erat erat.

***

Malam minggu.
Hatiku kelabu
Jiwaku membeku
Merindu padamu
Kau terdiam

Ahh.
Aku tak tahan
Rinduku pulang
Malamku hilang
Langit terdiam
Bulan muram

Ahh..
Manis...
Gerimis..
Hujan..

Kenang.
Harapan.
Sial..
Aku rindu kau puan.

***

Dari berita yang bercakap lara serta gundah yang berbisik pilu. Ternyata kau bukan bagian dari
kenyataan.

Mencintaimu adalah suatu hal yang salah karena bertentangan dengan kenyataan yang ada.

Aku jatuh cinta pada teman baik ku, yang ternyata adalah seseorang dari dunia imajiku.

---

Berputar dalam mimpiku gemulai menari dalam khayalku

Andai kau angin, ku biarkan kau beku dalam pintu labirinku.

Andai kau api, ku biarkan kau hangat dalam ruang hatiku.

Andai kau cahaya, kujebak kau dalam kegelapan duniaku.

Tapi nyatanya kau adalah suatu hal yang mengada-ngada yang diciptakan seakan ada.

Sekarang kau bersamaku, jadi kumohon tetaplah tinggal dalam alam pikiranku.

Banyak ekspektasi yang ingin aku jadikan nyata akhirnya. Namun, sekali lagi kau hanya seorang dalam imaji belaka.


Penulis : Akbar Nrfdlhy

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel